Aku tahu ini salah. Pertemuan kemarin hanya menyisakan rasa sesak didada. Niatku untuk pergi terselubung dengan keinginan bertemu dengannya.
Dia. Orang yang awalnya tak pernah terpikir. Pernah berfikir kalau jodohku ingin seperti dia. Bukan orangnya. Hanya Sifatnya. Baik, berjiwa pemimpin, enak diajak diskusi dan humoris. Dia selalu membuat lelucon untuk semua orang. Jangan pikir kalau dia aneh. Dia ketua osis. Aktif diberbagai organisasi. Dan kami cukup dekat. Karena kami satu kelas satu organisasi.
Waktu berjalan tapi kami tak pernah putus kontak. Sekedar say hallo di grup kelas.
Sampai akhirnya aku menemukan dia yang sudah berhijrah. Dia lebih taat agama. Lebih agamis dengan janggut tipisnya (Ternyata aku mulai memperhatikannya). Namun sifat lucunya tak hilang. Kami masih bisa bergurau.
Dan satu tahun lalu satu lelucon muncul diantara kami.
Dia sedang mencari calon pendamping.
Temanku langsung menawarkan aku untuk menjadi pendampingnya. Aku tahu itu lelucon. Tapi jujur aku baper.
Dia yang memang pandai bergurau langsung menggodaku dengan tingkahnya.
Disitu semua orang tertawa mereka menganggap ini lelucon. Memang lucu. Aku pun tertawa.
Ku pikir setelah kejadian itu semuanya kembali normal. Tapi... ternyata tidak.
Tanpa sepengetahuanku temanku masih tetap menawarkan aku padanya. Memang aku barang yang harus ditawarkan. Kalau memang dia berniat kenapa tak langsung datang kan? Tapi nyatanya dia tak kunjung datang. Tahu kan artinya apa? Dia tidak tertarik kepadaku.
Aku kecewa. Entah kecewa pada siapa. Diriku, temanku atau dia.
Mulai saat itu aku mulai menjauh. Hubungan kami tak sedekat dulu. Kontak wa nya aku hapus. Aku mencoba menutup diri dari lingkungannya. Aku tahu ini salah. Seolah memutus tali silaturahmi. Tapi..
Aku takut, aku takut berharap padanya.
Ya Rabb jika dia jodohku maka dekatkan, namun jika bukan jauhkan rasa ini untuknya.
Dia. Orang yang awalnya tak pernah terpikir. Pernah berfikir kalau jodohku ingin seperti dia. Bukan orangnya. Hanya Sifatnya. Baik, berjiwa pemimpin, enak diajak diskusi dan humoris. Dia selalu membuat lelucon untuk semua orang. Jangan pikir kalau dia aneh. Dia ketua osis. Aktif diberbagai organisasi. Dan kami cukup dekat. Karena kami satu kelas satu organisasi.
Waktu berjalan tapi kami tak pernah putus kontak. Sekedar say hallo di grup kelas.
Sampai akhirnya aku menemukan dia yang sudah berhijrah. Dia lebih taat agama. Lebih agamis dengan janggut tipisnya (Ternyata aku mulai memperhatikannya). Namun sifat lucunya tak hilang. Kami masih bisa bergurau.
Dan satu tahun lalu satu lelucon muncul diantara kami.
Dia sedang mencari calon pendamping.
Temanku langsung menawarkan aku untuk menjadi pendampingnya. Aku tahu itu lelucon. Tapi jujur aku baper.
Dia yang memang pandai bergurau langsung menggodaku dengan tingkahnya.
Disitu semua orang tertawa mereka menganggap ini lelucon. Memang lucu. Aku pun tertawa.
Ku pikir setelah kejadian itu semuanya kembali normal. Tapi... ternyata tidak.
Tanpa sepengetahuanku temanku masih tetap menawarkan aku padanya. Memang aku barang yang harus ditawarkan. Kalau memang dia berniat kenapa tak langsung datang kan? Tapi nyatanya dia tak kunjung datang. Tahu kan artinya apa? Dia tidak tertarik kepadaku.
Aku kecewa. Entah kecewa pada siapa. Diriku, temanku atau dia.
Mulai saat itu aku mulai menjauh. Hubungan kami tak sedekat dulu. Kontak wa nya aku hapus. Aku mencoba menutup diri dari lingkungannya. Aku tahu ini salah. Seolah memutus tali silaturahmi. Tapi..
Aku takut, aku takut berharap padanya.
Ya Rabb jika dia jodohku maka dekatkan, namun jika bukan jauhkan rasa ini untuknya.