Rabu, 12 Agustus 2015

Kadang saya merasa bosan dengan pekerjaan saya yang menurut saya cukup membingungkan. Saya bekerja sebagai QC inspection fabric di sebuah perusahaan garment yang baru berdiri setahun kurang. Dimana saya harus mencheking semua fabric yang akan diproduksi dan dituntut untuk menjawab semua pertanyaan yang ditanyakan audit maupun buyer. Pada saat itu saya merasa senang karena itu artionya saya akan mengeluarkan tenaga ekstra untuk menanganinya. Tapi ketika terjadi masalah karena kelalaian salah satu pihak selalu saya ikut disalahkan. Saat situasi seperti itu saya sering merasa drop. Walau saya menyukai tantangan tapi kalau urusan pekerjaan saya tidak punya nyali. Terkadang saya ingin seperti orang lain yang hanya tahu masuk, bekerja dan pulang. Yang tak usah repot dengan berbagai report yang harus ditandatangi oleh atasan. Saya ingin berada di zona aman. Saya rasa itu akan lebih baik. Tapi seseorang mengatakan kalau saya hanya berada di zona aman maka hidup saya tidak akan maju. Saya masih muda untuk tetap diam. Masih banyak ilmu yang harus saya gali. Masalah bukan untuk dihindari tapi dihadapi. Beliau menceritakan pengalaman hidupnya yang jatuh bangun meniti karier dari nol. Saat gajinya yang hanya 200rb/bulan hingga kini yang 5jta/bulan, naik turun pesawat bukan hal asing baginya. Kata-kata itu masih terngiang dan menjadi motivasi saya saat ini.

Rabu, 05 Agustus 2015

surat untuk mamah

Hay mah, apa kabar? Sudah satu tahun kita tak berjumpa. Tak terasa waktu cepat berlalu. Seharusnya air mata ini tak lagi mudah menetes. Seharusnya hati ini tak selalu merasa pilu. Ditinggalkan oleh mu menjadikan aku wanita yang kasar, tak tahu etika, tak punya sopan santun bahkan tak seramah dulu. Saat kau mengajariku untuk menjadi wanita lembut menjadi wanita yang berbudi pekerti luhur aku menurutinya. Aku hampir berhasil mewujudkannya. Tapi kini, saat kau sudah kembali pada-Nya sepertinya aku mengecewakanmu. Maafkan aku yang belum bisa menjadi anak yag berbakti. Tahun lalu, aku menjengukmu dan mengantarkan surat keterangan lulus tapi kau sudah pergi tanpa sempat melihatnya. Seprtinya itu kabar baik yang terakhir kali kau dengar. Mah semoga kau tenang disana, aku haus kasih sayangmu.